Minggat Bareng Mojopahit Jeep Community: Pesona Pantai Balekambang, Malang, Jawa Timur



Minggat Bareng Mojopahit Jeep Community: Pesona Pantai Balekambang, Malang, Jawa Timur - Sabtu, 06 Februari 2016, arek-arek komunitas jeep Mojokerto mengadakan touring bareng ke pantai selatan, Malang, Jawa Timur. Saya sendiri, bukan asli anggota komunitas tersebut, tetapi Mas yang ikutan. Jadi, singkat cerita saya ikutan touring ke Malang, malam minggu kemarin.

Sedikit cerita mengenai Mojopahit Jeep Community, ini merupakan sebuah komunitas untuk pecinta mobil jeep, baik mobil taft, maupun katana, untuk warga Mojokerto dan sekitarnya. Tidak hanya di Mojokerto sih yang punya komunitas ini, tapi juga Jombang dan saya yakin setiap daerah punya komunitas pecinta mobil jeep.

Sekitar pukul dua belas siang, saya dan Mas berkumpul di daerah Kutorejo. Kami di sana cukup lama untuk menunggu beberapa anggota Mojopahit Jeep Community (red: MJC) tiba. Kira-kira pukul empat sore, kami mulai berangkat ke Malang lewat jalur Trawas, Tretes, lalu Pandaan. Saat sampai di daerah Trawas kami berhenti karena jeep yang ditumpangi salah satu anggota mogok. Kami berhenti cukup lama, sekitar satu jam lebih sampai pada akhirnya, pemilik mobil tersebut memutuskan untuk mundur. Ya, sayang sekali memang, tapi mungkin mumpung perjalanan belum jauh.


Jalanan berkelok-kelok di pegunungan dan udara segar menemani setiap jalur yang kami lewati, hingga sampai di jalan raya ke arah Malang, macet. Yup. Macet dari arah sebelum Purwodadi sampai Pasar Lawang ke arah selatan masih terus macet. Bau polusi dari knalpot dan gerah karena macet total membuat saya pusing tujuh keliling. Alhasil, tubuh saya drop dan akhirnya mabuk darat *eaaa gini pengen jadi blogger traveler!*. Sampai akhirnya, kami berhenti di pom bensin. Saat itu saya sudah sangat menahan mual agar tidak muntah. Buru-buru saya pergi ke swalayan di pom tersebut. Membeli minuman dan obat anti mabok. Ya, saya butuh obat!

Menunggu teman-teman yang lain beristirahat: sholat, ke kamar kecil, dan merenggangkan tubuh. Saya membeli bakso di pinggir jalan. Ah, pasti enak dong hujan-hujan begini makan bakso. Apalagi, badan lagi nggak fit, pastinya yang hangat-hangat bakalan enak. Eh, tapi, ternyata meskipun sudah makan yang hangat-hangat, tubuh saya tidak juga membaik. Ah, mana baksonya sangat asin lagi! Fuh!

Perjalanan dilanjutkan setelah kami merasa cukup untuk beristirahat. Saya pikir, melakukan perjalanan ke Malang hanya memakan waktu 3 jam, ternyata saya salah. Eh, namanya juga baru kali pertama ikut touring, ya, saya nggak tahu kalau sedikit-sedikit mobil berhenti, nunggu kawan yang lain. Ada yang tidak bisa mengikuti kecepatan akhirnya tertinggal, ada yang salah belok, dan macam-macam. Setelah melanjutkan perjalanan dan keluar dari kemacetan, kami dihadapi satu masalah lagi, yaitu rombongan terpisah kawan-kawan. Kami memiliki perbedaan jalur, padahal sudah diberikan selebaran mengenai rute. Ya, hasilnya kami memutuskan berpisah karena masing-masing sudah terlampau jauh. Saat-saat memutuskan untuk berpisah atau tidak, saya mengambil obat anti mabok yang belum saya beli dan ternyata saya salah ambil obat! Saya salah ambil obat anti mabok anak-anak. *lol*



Tapi, sudah kepalang beli jadinya tetap saya minum itu sirup anti mabuk buat anak-anak rasa jeruk!

Meskipun obat yang saya minum untuk anak-anak, ternyata khasiatnya tetap oke kok, *jangan-jangan saya masih anak-anak* pada akhirnya saya istirahat di kursi belakang. Akhirnya, tubuh saya semakin membaik dan ketika saya sudah bangun jalan yang kami lalui sudah tidak di jalan raya lagi, tapi sudah memasuki kampung-kampung.

Sayangnya, saya tidak tahu daerah mana-mana saja yang kami lalui. Maklum, saya cuma numpang tidur di mobil *xoxo*. Di jalan-jalan kampung tersebut begitu sepi, gelap, mencekam. Tapi, masih ada saja yang melewatinya. Satu dua motor melewati kami dengan tas-tas ransel di punggung mereka. Nampaknya, mereka juga sama seperti kami yang memiliki tujuan ke pantai selatan.

Jalanan kampung ternyata tak terlalu gelap karena ada lampu-lampu di rumah warga, yang lebih suram lagi ketika masuk kawasan hutan-hutan yang tak ada cahaya sama sekali. Itu artinya kami harus mengandalkan lampu mobil untuk penerangan. Entah kenapa saya selalu membayangkan 'bagaimana jika' mobil kami mogok di tempat itu. Uhh, serem pastinya.

Ada beberapa hal yang harus kami lakukan ketika menaiki tanjakan yang cukup curam, yaitu menjaga jarak lebih jauh. Berjaga-jaga apabila mobil nggak kuat, dan tidak akan mengenai teman di belakangnya.

Akhirnya, setelah beberapa lama waktu kami habiskan di hutan nan gelap, kami melihat papan nama arah ke Balekambang. Horeee! Dan, saya pun melihat pohon-pohon kelapa di sisi jalan, itu artinya sudah dekat dengan laut! Yeah! Dan, sampailah kami di tempat wisata Pantai Balekambang.

Kami sampai di pintu masuk Balekambang sekitar jam dua belas malam. Kira-kira 12:40 saat itu. Karena sebelumnya kami berpisah menjadi dua kelompok, akhirnya di pintu masuk kami berhenti untuk menunggu rombongan yang lain datang. Ternyata rute yang kami lewati memang lebih dekat daripada rombongan yang satunya.

Pesona Pantai Balekambang


Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya rombongan yang terpisah tadi datang. Saat itu, rasanya saya sudah sangat kantuk sekali, dan kebelet pipis. Ingin buru-buru sampai di dalam dan mencari toilet. Untungnya, setelah mobil-mobil lain tiba, kami langsung masuk ke dalam kawasan Pantai Balekambang. Ternyata jarak antara pantai dan pintu masuk masih cukup jauh. Kami melewati jalanan berbatu untuk sampai di lokasi.


Muka capek, ngantuk, lengket

Sesampainya di dalam kawasan pantai, kami mencari lahan parkir yang cukup luas untuk memarkir mobil-mobil jeep agar terlihat menjadi satu kesatuan. Namanya juga komunitas ya, biar kelihatan kompak begitu.

"Kamu nggak pengen sesuatu?"tanya masku saat kami selesai memarkir mobil di sebelah mobil taft yang ban mobilnya diganti menjadi sangat gede.

Saya menjawab, "Toilet."Ya, apalagi hal yang lebih genting selain ingin buang hajat?

Kami pun mencari toilet yang masih buka. Iya, tentu saja pemandian umum, toilet umum, di kawasan wisata seperti ini nggak gratis. Untungnya, ada warung-warung yang masih buka dan menyediakan toilet juga. Saya pun pergi ke toilet yang pemiliknya ibu-ibu yang lagi tidur di ruangan terbuka. Saya berpikir, apakah ibu-ibu ini selalu tidur di tempat terbuka begini? Setiap hari? Karena pastinya tempat wisata semacam ini buka setiap hari. Duh, kapan liburnya? Miris juga ya, mereka tinggal di tempat orang lain menghabiskan liburan, tapi mereka sendiri nggak punya hari libur. Saya berharap rejeki mereka lancar terus.

Untuk menggunakan kamar kecil, kita kudu merogoh uang sebesar Rp. 2000, dan untuk mandi Rp. 3000. Tapi, jika malam ibu-ibu itu nggak menunggui kotak pembayaran tersebut, tapi dibiarkan begitu saja di lorong toilet. Lha, kalau ada orang tidak jujur dan lalu tidak bayar bagaimana ya?

Setelah lega karena sudah pipis, saya dan mas pergi ke warung sebelah. Mas membeli kopi dan saya teh hangat. Maklum, saya yang biasanya doyan kopi, kemarin lebih memilih minum teh panas karena badan lagi nggak bagus. Dan, teh hangat adalah pilihan yang tepat. Setelah minum beberapa teguk teh panas kok saya merasa lengket semua, akhirnya mas mengambil tas saya di mobil, kemudian saya kembali ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah cuci muka, mas mengajak saya ke mobil dan kami pun tidur di dalam mobil.

Di Balekambang terdapat penginapan-penginapan buka 24 jam. Tempat tersebut berada tepat di depan kami memarkir mobil. Awalnya, mas mengajak menginap di situ, tapi saya menolak. Lha, saat itu sudah jam setengah tiga pagi, rugi banget dong menyewa kamar hanya untuk tidur beberapa jam saja. Toh, jam empatan kami juga sudah bangun.

Untuk anggota yang lain, mereka membangun tenda dari terpal besar yang disanggah bambu, dan di bawahnya terdapat terpal pula. Saat itu, laut terlihat teramat gelap, hanya ada beberapa cahaya dari perahu-perahu, entah ngapain mereka di sana. Saya sendiri tidak tahu kalau tempat parkir kami sudah di bibir pantai, karena keadaan benar-benar gelap total.

Tidur di kursi belakang mobil katana bukanlah perkara mudah, guys!Kaki saya menekuk tidak keruan karena memang mobil kecil. Saya pun tidak bisa langsung tidur dengan posisi semacam itu. Berkali-kali saya harus berganti posisi, begitu juga yang dilakukan mas. Tapi, pada akhirnya saya tertidur juga meskipun tidak lama. Karena pas melirik jam, saat saya bangun sudah jam empat pagi. Saya pun mendengar mas sudah ngorok di kursi depan. Lalu, mas bangun berganti posisi, terus ngorok lagi *lol*.

Kira-kira jam empat lebih kami bangun. Mas langsung mengajak saya mandi, mumpung masih pagi belum banyak orang datang. Akhirnya, saya pun mandi pagi-pagi di tempat yang sama saya pipis pagi itu. Karena badan sudah sangat lengket, rambut lepek banget, saya pun cuci rambut sekalian. Tapi, ya namanya rambut saya susah diatur dan tidak semua sampoh cocok dan air minim, selesai mandi pun saya tidak merasa segar sama sekali. Apalagi, saya membawa baju ganti yang terbatas. Maklum, persiapan tidak total karena saat ikut touring penuh pertimbangan ini itu.



Sekitar jam lima pagi, langit di pantai Balekambang mulai cerah. Lautan lepas pun mulai terlihat. Sayangnya, langit tidak terlalu terang karena tertutup awan. Saya sendiri mencari-cari matahari sejak pagi, tapi sampai jam tujuh pagi matahari tak juga muncul. Hanya cahayanya saja yang menyeruak diantara awan-awan putih di bagian timur pantai. Momen pagi dengan matahari muncul dari garis horizontal yang saya bayangkan pun tidak sesuai dengan bayangan yang saya miliki.

Huh. Its oke.


Saya sudah di pantai, itu sudah lebih dari cukup.




Ketika kami sudah selesai mandi, ternyata beberapa dari teman-teman kami belum bangun. Salah satunya adalah Om saya. Pagi itu, orang-orang sudah banyak yang mendatangi pantai Balekambang. Berbeda dengan semalam yang masih sepi. Setelah langit cukup cerah, saya pun berjalan-jalan melihat-lihat pantai. Beberapa warung yang masih tutup dan penjual oleh-oleh yang semalam tutup, pagi itu mulai kembali buka. Ternyata, di sana banyak sekali orang-orang yang camping dengan membawa tenda-tenda. Saya baru tahu loh, kalau di pantai bisa camping semacam itu. Bisa nih, nanti camping bareng belahan jiwa *xoxo*.



Karena saya seorang blogger, tentunya pemandangan yang layak untuk diabadikan tak luput dari mata kamera saku yang selalu saya bawa. Selain penjual kaki lima dan beberapa toko souvenir, juga terdapat kafe dengan saung-saung dari bambu. Saya berjalan ke arah pusat dari lokasi yang selalu bikin orang penasaran untuk melihat, yaitu balai kambang yang selalu menjadi bahan pembicaraan.




Untuk mencapai lokasi pulau kecil tersebut, saya harus melewati undakan kecil-kecil, kemudian jembatan untuk sampai pulau kecil pertama. Di bawah jembatan pertama terdapat hamparan pasir laut dan air laut yang berbentuk sungai kecil. Airnya begitu jernih, dan banyak orang yang berenang di sana. Kebanyakan anak kecil, karena memang sangat dangkal. Setelah melewati pulau pertama, saya melewati jembatan yang lebih panjang. Dan, di sinilah menjadi objek selfi para pengunjung. Dan, pagi itu jembatan penuh dan ramai. Di bawah jembatan kedua terdapat air laut yang sangat bening, warnanya biru kehijauan. Di bawahnya terdapat terumbu karang yang terlihat tajam. Salah satu teman kami ada yang melompat dari jembatan ke dalam air laut tersebut. Astaga, berani benar dia.




Saat berada di jembatan kedua, angin laut begitu menyegarkan, rasanya nggak ingin ke mana-mana lagi, deh. Apalagi dengan pemandangan laut yang memukau. Airnya bagus, nggak kotor, meskipun bibir pantai kotor oleh sampah laut maupun sampah dari pengunjung. Ombak di tengah laut juga tidak terlalu besar karena masih pagi.



Dua foto di atas, bukti kalau saya berada di pantai Balekambang wkwkwk

Setelah beberapa tahun lamanya, akhirnya saya menginjakkan kaki di pasir pantai. Rasanya menyenangkan, meskipun berjalan di pasir cukup sulit juga. Tentunya, saya pun memfoto segala hal yang ingin saya abadikan, meskipun untuk selfi saya masih malu-malu. Akhirnya, saya foto-foto kaki doang.

Ah, iya, di pantai Balekambang tepat saat mobil berhenti di pintu masuk, saya mengecek ponsel pintar saya, dan tidak ada jaringan! Ah, tidak perlu tanya saya pakai operator apa. Alhasil, saya seakan berada jauh dari peradaban dan nggak bisa update status deh *penting banget*.



Sekitar pukul delapan pagi, para perempuan menyiapkan makanan. Ternyata mereka membawa perlengkapan masak yang amat lengkap. Kompor gas beserta elpiji, wajan, dan beberapa peralatan masak lainnya. Bahan-bahan makanan juga ada: nasi, ikan asin, tempe, sayur, pokoknya lengkap! Saya sih, tidak ikutan masak, karena belum kenal, saya malu-malu *xoxo*. Saya memilih berjalan-jalan di tepi pantai, memotret pemandangan air laut, melihat orang-orang berenang, selfi, bercanda, ehm, menyenangkan. Apalagi, salah satu rekan kami yang biasa dipanggil Kepek, melompat ke air, dan melakukan aksi nyeleneh lainnya. Begitu juga dengan Om saya yang narsis abis. berkali-kali minta difoto. Akhirnya, tanpa saya sadari memori card kamera saya penuh dengan foto Om.






Baiklah, saya juga ikutan narsis *xoxo*

Pukul delapan pagi, kami mulai sarapan hasil masakan teman-teman wanita. Lauknya sederhana, sekadar ikan asin, pentol goreng, tempe, dan lalapan. Tapi, rasanya nikmat sekali. Makan di tepi pantai dengan semilir angin. Rasanya tidak peduli apa makanan yang kami santap, rasanya begitu nikmat. Padahal, pagi tadi saya sudah makan segelas pop mie rasa soto *xoxo*. Sembari makan-makan, ada beberapa teman kami yang bernyanyi, karena kami memang membawa sound system yang dibawa dengan mobil pick up.



Siapa yang tidak ingin menikmati momen semacam ini, coba? Apalagi, kalau perginya dengan belahan jiwa? *xoxo*.



Usai sarapan, waktu saya habiskan dengn foto-foto, kembali menyusuri pantai. Lalu, saya melihat beberapa orang berbaju merah, membawa tas kresek berwarna merah pula menyusuri pantai dan mengambil sampah-sampah plastik. Nampaknya, dari komunitas tertentu. Saya sempat berpikir untuk mewawancarai mereka, tapi ya, saya nggak punya nyali *huh*.



Semakin siang, udara semakin panas dan rasa kantuk menyerang. Saya berdiam diri di dalam mobil karena sudah lelah berfoto. Sebagian teman-teman ada yang memilih berendam di pantai, bernyanyi, atau sekadar duduk-duduk di tepi pantai. Saat itu pengunjung pantai semakin ramai, sampai-sampai parkiran penuh. Padahal udara semakin panas.

Sekitar pukul dua belas siang, kami mengakhiri perjalanan di Pantai Balekambang, dan melanjutan perjalanan ke Pantai Goa Cina, Malang, Jawa Timur.



Wulan K.







1 comment: