Minggat Bareng Mojopahit Jeep Community: Mengakhiri Perjalanan Di Pantai Gua China



Minggat Bareng Mojopahit Jeep Community: Mengakhiri Perjalanan Di Pantai Gua ChinaWeekend kemarin merupakan akhir minggu yang cukup panjang, karena pada hari senin kemarin merupakan hari libur. Jadi, tak heran jika banyak orang-orang berhamburan di jalan raya untuk menikmati hari libur dengan menghabiskan waktu di wisata yang menyebar di Indonesia. Salah satunya, wisata pantai Selatan, Malang, Jawa Timur.

Setelah bermalam di Pantai Balekambang, kami - rombongan Mojopahit Jeep Community (red: MJC)- melanjutkan perjalanan ke lokasi kedua, yaitu Pantai Gua China. Setelah perundingan yang cukup alot, ke mana kami akan pergi, akhirnya keputusan terakhir tetap di Pantai Gua China. Karena memang sejak awal, tujuan utama kami adalah pantai ini.

Perjalanan ke Gua China dari Pantai Balekambang memakan waktu sekitar satu jam. Keluar dari kawasan Pantai Balekambang, kami berbelok ke arah kanan atau ke arah Timur, di mana tempat Pantai Gua China berada. Jalanan yang kami lalui sangat bagus, beraspal, dan baru. Sebelah kiri terbentang batuan kapur tinggi, semacam bukit yang sudah dikeruk menjadi jalan. Sebelah kanan terdapat bukit-bukit kecil, dan belakang bukit tersebut laut lepas.

Selama perjalan ke Pantai Gua China, kami menyusuri jalan pantai. Sepanjang perjalanan, saya melihat berbagai macam pantai yang sangat asing bagi saya. Semacam pantai-pantai baru. Seperti Pantai Batu Bengkung, Pantai Jelangkung, Pantai Ngliyep, Pantai Bajul Mati, dan pantai-pantai selatan lainnya.



Dalam perjalanan, saya melihat bukit-bukit yang dikeruk menjulang sebelah kanan kiri. Nampaknya, ada beberapa bukit yang memang sengaja dijadikan jalan baru. Saat akan melewati Pantai Bajul Mati, rombongan berhenti untuk mengambil foto. Seperti yang selalu tersebar di internet, ada titik-titik tertentu yang bagus untuk selfi. Salah satunya adalah ketika melihat jemabatan fenomenal itu tuh, yang seakan menjadi gerbang Pantai Gua China.






Tak jauh dari jembatan melengkung yang fenomenal itu, akhirnya kami sampai di pintu masuk wisata pantai Gua China. Kami disambut dengan plang berwarna merah. Setelah memasuki pintu tersebut, terdapat jalan bebatuan berwarna putih kekuningan yang cukup terjal. Lagi-lagi, macet melanda. Sesekali mas harus mengerem karena jalanan menurun atau menanjak. Selama macet, kami harus bersisihan dengan kendaraan dari arah lawan. Kira-kira sekitar satu jam, macet sampai akhirnya kami masuk di area konter karcis. Untuk masuk ke dalam wisata perorang membayar Rp. 5000,- dan parkir Rp. 7000,-.




Karena parkir mobil di depan pantai Gua China penuh, akhirnya kami dipindahkan ke sebelah, yaitu Pantai Watu Leter, Malang, yang berada tepat di sebelah Pantai Gua China. Berbeda dengan pasir Pantai Balekambang, pasir pantai di sini lebih halus dan putih. Rasanya senang berlama-lama bermain pasir, sayangnya hari teramat terik dan menyengat, sehingga saya hanya mengambil beberapa foto saja. Selain itu, baterai kamera saku saya sudah mau mati, ah, sayang sekali. Maklum, persiapan nggak maksimal sehingga baterai pun belum penuh sempurna. Ah!



Tidak berbeda jauh dengan Pantai Balekambang, Pantai Watu Leter juga kotor oleh ranting-ranting, sampah, dan terumbu karang. Saya harus berhati-hati agar tidak menginjak sesuatu yang menyakitkan. Di sini air pantai sangat bening, dan terlihat menyegarkan. Banyak pengunjung yang mandi di air laut yang dangkal.





Berbeda dengan Pantai Balekambang yang penuh dengan penjual, di Pantai Gua China tidak terlalu ramai. Mungkin memang karena Pantai Gua China belum seterkenal Pantai Balekambang. Saya ingat, teman kuliah saya pernah ke sini, waktu itu masih belum ada penjual seperti sekarang. Hanya ada beberapa warung dan penjual souvenir di sini.

Di lahan yang luas dan sedikit becek, beberapa teman MJC yang memiliki mobil taft dengan ban gede, melakukan off road kecil-kecilan. Hal ini membuat jalan yang becek semakin becek lagi *xoxo*.

Sekitar jam tiga sore, kami kembali masak. Ah, salah, mereka - karena saya memilih tidur di dalam mobil dan baru bangun jam lima lebih. Rasanya saya sangat kantuk waktu itu. Dan, karena sudah berpengalaman tidur di dalam mobil, tidur saya lelap sekali. Sampai-sampai, saya baru sadar belum mengunjungi Pantai Gua China. Ah, sayang sekali. Maklum, saya benar-benar lelah, apalagi habis mandi jadi tidurnya pules *apalah, liburan kok malah tidur melulu*.

Gegara saya di sana hanya tidur, beli es, lihat pasir di pantai watu leter, akhirnya saya melewatkan keindahan Pantai Gua China. Hiks, nyesel deh. Karena baru sekitar pukul delapan sore kami beranjak dari Pantai Watu Leter dan berpindah ke Pantai Gua China, yang tentu saja hari sudah malam.

Saat itu habis magrib, dan air laut di Pantai Gua China sedang pasang. Ombaknya besar, dan sudah tak ada yang berani menginjakkan kaki di air laut. Hanya ada beberapa anak-anak muda selfi di bibir pantai, ada juga yang mendirikan perkemahan tidak jauh dari sana. Untungnya, saya masih melihat senja di ujung barat dan sedikit mengabadikannya.



Meskipun hari sudah petang, namun suara deburan ombak laut masih terdengar. Rasa-rasanya, saat itu saya enggan beranjak dari Pantai Gua China, karena belum menikmati keindahan pantainya ketika siang. Sayangnya, tak lama saya berada di sana, kami harus mengakhiri touring hari ini.

Kami pun mengakhiri perjalanan di Pantai Gua China, dan melakukan perjalanan untuk pulang ke rumah.

Dalam perjalanan yang saya lakukan dengan teman-teman MJC, membuat saya mengerti. Bahwa, Pantai Balekambang, Pantai Gua China, atau pantai-pantai lainnya, hanyalah sebuah alasan dalam melakukan touring. Intinya dari sebuah komunitas pecinta kendaraan atau apa pun, ketika ingin memperkuat persaudaraan adalah dengan mencari sebuah masalah yang nantinya mereka hadapi bersama. Misalnya, dengan melakukan perjalanan ini, bukanlah tujuan akhir yang mereka inginkan. Tujuan sekadar alasan, yang terpenting adalah perjalanan atau prosesnya. Perjalanan yang memakan waktu berjam-jam, macet, mual, melelahkan, kesal, rasanya ingin di rumah saja tidur di kasur, terbayar dengan akhir yang menyenangkan. Kapok melakukan perjalanan? Nggak, justeru saya ingin mengulanginya kembali.

Seperti halnya dengan kehidupan, kita selalu menginginkan mendapatkan sesuatu, menetapkan tujuan hidup. Rela melakukan apa pun demi tujuan itu tercapai, sampai badan lelah pun tak peduli. Tapi, dari sekian cobaan yang kita hadapi, saat tujuan itu tercapai semua terasa sangat pantas. Kemudian, ketika kita sudah memperolehnya, kita akan merindukan proses yang pernah kita alami dan ingin kembali mengulang.

Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya!

Wulan K.



1 comment:

  1. Keren kalimat dari setiap kata2nya... Sukses terus kawan..semoga proses yg terkadang belum diakui jadi cambukan untuk membuktikan. Bahwa tidak semua yg terlihat itu berhasil dan yg tidak terlihat tida berhasil hehehe

    ReplyDelete