Hal yang Menginspirasi Novel ARUNIKA - Setiap penulis pasti memiliki hal yang menginspirasi karya-karyanya. Entah itu dari sebuah cuplikan novel, film, maupun sinetron. Bahkan, mungkin dari percakapan atau pengalaman pribadi. Namun, tidak selalu sebuah cerita kehidupan bisa dijadikan sebuah cerita atau novel. Sehingga, apabila kamu memiliki teman penulis, jangan langsung berkata, “Eh, tulis kisahku, dong!”
Seperti kebanyakan penulis, saya pun memiliki hal yang menginspirasi novel ARUNIKA yang terbit tahun lalu. Novel ini sudah saya tulis sejak tahun 2022 dan akhirnya terbit di tahun 2023 lalu. Novel Arunika awalnya saya tulis di aplikasi Wattpad dan akhirnya diterbitkan secara mayor oleh penerbit Gradien Mediatama.
Dalam menulis novel Arunika saya memiliki banyak inspirasi. Bukan untuk adegan, tetapi untuk hal-hal seperti aturan dalam kedai roti dan lainnya.
Sebelum saya menuliskan hal yang menginspirasi novel Arunika, saya akan berikan sedikit gambaran cerita dalam novel ini.
Novel Arunika bercerita mengenai Azura yang sudah lelah dengan kehidupannya. Suatu ketika dia menemukan sebuah kedai roti sandwich dan tergoda untuk masuk. Di kedai tersebut menjual berbagai macam sandwich Amerika. Azura menyukai roti lapis tersebut dan nyaris datang setiap hari ke kedai itu. Di salah satu hari, Azura bertemu dengan pelanggan lain yang bernama Bas. Dengan Bas, Azura berbagi cerita.
Kedai tersebut bernama Arunika. Kedai sandwich yang buka di pagi hari, tempat bertemunya orang-orang pekerja malam dan pekerja siang.
Kira-kira seperti itu garis besar cerita dalam novel Arunika. Apabila kamu tertarik, bisa membelinya di sini.
Nah, di bawah ini merupakan hal-hal yang menginspirasi novel Arunika atau fakta di balik novel Arunika.
1 | Kenapa ARUNIKA?
Kata Arunika saya temukan secara tidak sengaja di beranda facebook. Saat itu, salah satu teman facebook membagikan unggahan “nama estetik dalam bahasa Indonesia”. Dalam unggahan tersebut banyak nama-nama estetik beserta artinya. Saya tertarik dengan kata “Arunika” yang artinya adalah matahari pagi atau biasa disebut dengan fajar.
Karena ketertarikan nama tersebut, saya jadi mikir, “Bikin cerita apa, ya, biar saya bisa pakai kata Arunika?”
Saya berpikir harus ada kisah yang berhubungan dengan Arunika. Dengan kata lain, harus ada kisah di pagi hari atau ketika matahari terbit.
2 | Terinspirasi dari Film Bangkok Traffic Love Story
Ketika berpikir mengenai kisah ketika matahari terbit, saya mengingat mengenai film Bangkok Traffic Love Story yang saya tonton semasa kuliah. Film tersebut merupakan film Thailand yang bercerita mengenai seorang perempuan pekerja siang dan laki-laki pekerja malam. Mereka sering bertemu di kereta di saat si perempuan berangkat kerja dan si laki-laki pulang kerja. Konflik keduanya muncul karena waktu tersebut.
Jadi, saya berpikir kenapa saya tidak membuat kisah yang sama? Dua orang yang bertemu di pagi hari. Lalu, bagaimana? Saya akhirnya, mengingat mengenai salah satu scene dalam novel Melbourne: Rewind karya Winna Efendi. Kedua tokoh utama sering sarapan bersama.
3 | Kenapa Sandwich?
Pagi hari identik dengan sarapan, sehingga saya berpikir lagi, makanan apa yang cocok untuk dijadikan sarapan? Makanan yang membutuhkan tempat estetik dan unik. Maka, satu-satunya hal yang bisa saya pikirkan adalah sandwich. Sandwich memang bukan sarapan yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang Indonesia, tetapi bukan berarti tidak ada penggemarnya.
Saya yakin banyak orang yang suka sarapan dengan roti dan secangkir kopi hitam. Jadilah, saya membuat Arunika sebagai kedai sandwich yang menjual berbagai macam jenis sandwich dan secangkir kopi atau teh.
4 | Warung Pak Ghofar
Ada beberapa hal yang saya terapkan dalam kedai Arunika. Satu: Arunika buka usai subuh dan tutup menjelang makan siang. Dua: mereka menjual banyak macam sandwich. Tiga: sandwich yang dijual setiap harinya berbeda-beda sesuai dengan persediaan bahan.
Saya pernah menjadi fotografer makanan dan harus keliling Surabaya untuk memotret makanan. Suatu hari, saya datang ke warung spesialis pedas. Warung ini unik, sebab menu yang mereka sajikan setiap hari berbeda. Selain itu, ketika saya datang, sudah banyak pembeli padahal warung belum buka.
Dua hal tersebut yang menginspirasi keadaan Arunika dan aturannya. Lalu, “sesuai dengan persediaan bahan” saya terinspirasi dari salah satu penjual kue yang mencari bahan tape dari satu supplier saja. Dia bilang, kalau pakai tape yang lain untuk prol tape-nya, rasanya berbeda.
5 | Toxic Relationship
Hal paling sulit ketika menulis Arunika adalah mengenai konfliknya. Saya sudah tahu bagaimana kedai Arunika, lalu bagaimana kedua tokoh bertemu. Lalu, hal yang paling penting adalah mengenai jalan cerita dan konfliknya. Saya kesusahan dalam menceritakan konflik dalam novel ini.
Maka, ketika novel sudah di meja penerbit, banyak masukan dari editor dan mengarahkan cerita ini mau membahas apa. Pada akhirnya, fokus cerita lebih dibetulkan lagi dan saya pun membahas toxic relationship.
Hal yang mungkin tidak pernah saya sebutkan adalah saya pernah dalam hubungan yang penuh racun. Akan tetapi, sudah jelas saya tidak menuliskan keseluruhan kisah saya dalam novel.
Dalam novel ini, para tokohnya bertentangan, sehingga pembaca memiliki perbandingan bahwa setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda. Saya percaya bahwa kisah yang saya tulis satu dua adegan akan related dengan pembaca.
Nah, itu dia hal yang menginspirasi novel Arunika. Saya akan memperbarui poin-poin di atas apabila ada hal yang lupa saya tuliskan.
Semoga bermanfaat!
No comments:
Post a Comment