Perjalanan ke The Lodge Maribaya Bandung



Perjalanan ke The Lodge Maribaya Bandung - Setelah hari Sabtu dan Minggu full kegiatan bersama teman-teman bloger, pada hari Senin saya, Anggi dan Mbak Wiwid jalan-jalan ke Lembang. Kami ingin mengunjungi Maribaya, mencari spot foto yang cantik. 

Sejujurnya, saya tak memiliki pemikiran bagaimana Lembang itu dan seperti apa Maribaya. Bahkan, saya tak repot-repot mencari tahu di internet seperti yang saya lakukan sebelum-sebelumnya. Saya ngikut aja apa kata teman-teman, maka berangkatlah kami ke Lembang menggunakan taksi online pada Senin pagi.

Sebelum pergi ke Lembang, saya, Anggi dan Mbak Dian pergi ke Pasar Baru Bandung atau Pasar Baru Trade Center. Sebagai saran, kalau datang ke sini jangan membawa beban apa pun, karena berat, Kak! Saya membawa dua tas ransel, sehingga untuk jalan-jalan di pasar benar-benar melelahkan. Apalagi, pada lantai atas untuk turun lagi harus memutar jauh hingga sampai eskalator. Jadinya, saya hanya membeli satu kaus untuk saudara seharga 50ribu.

Usai dari Pasar Baru Bandung, kami menuju stasiun untuk mencetak tiket sekalian untuk mencari loker penitipan barang. Di Stasiun Bandung Mbak Wiwid sudah mencetak tiket dan mengatakan ternyata loker penitipan barang sudah tidak ada, dengan terpaksa kami akan membawa “beban hidup” ke Lembang.


Perjalanan ke Lembang 


Dari Stasiun Bandung, kami memesan taksi daring untuk ke Lembang. Tak perlu memikirkan hemat dengan naik kendaraan lain, karena kami berangkat bertiga. Ketika kami masuk ke dalam taksi online, driver sudah memberikan cerita yang cukup membuat kami ciut. 

“Dari Maribaya susah cari taksi online,”ucapnya. “Kalaupun ada yang mau, paling minta harga dua kali lipat.”

Anggi yang duduk di sebelah saya pun gelisah, “Mbak cek wasap,”ucapnya. Saya pun mengecek pesan masuk di WhatsApp, Anggi mengirim pesan.

Mbak, kata bapaknya di Maribaya susah nyari driver. Kita bisa pulang, nggak?

Begitu isi pesan Anggi. Saya membalas, bisa. Sejujurnya, saya pun tak tahu bagaimana Maribaya, namun masa iya tidak bisa pulang, sih?

Menurut di Gmaps perjalanan ke Maribaya akan memakan waktu sekitar satu jam perjalanan. Dengar-dengar, jalan ke arah Lembang itu ramai sekali sampai macet parah. Tapi, Alhamdulillah karena kami melakukan perjalanan pada hari Senin, di mana lebih banyak orang yang bekerja daripada berlibur, jadi perjalanan ke Lembang lancar jaya.

Jadi, Lembang itu gunungnya Bandung. Layaknya Mojokerto yang punya Pacet sebagai pegunungan sekaligus tempat wisata. Selama perjalanan, saya tidak merasa “Wah... Wah...”ya, karena yang saya lihat di sini hampir sama dengan pegunungan yang sering saya lihat di Pacet maupun Trawas, Mojokerto. 

The Lodge Maribaya


Kami melewati jalan kecil di dalam hutan, beberapa tempat wisata kami lewati, sampai akhirnya di The Lodge Maribaya. Driver taksi online menawarkan diri mengantarkan sampai dalam, dengan meminta uang tambahan. Kami pun mengiyakan. Untuk informasi kalau ke The Lodge Maribaya dari Stasiun Bandung kena biaya sekitar tujuh puluh ribu ya.

Sebelum membeli tiket, kami menitipkan “beban hidup” kami di penitipan barang. Alhamdulillah, ada tempat penitipan barang sehingga kami tidak semakin kelelahan menjelajah The Lodge Maribaya, haha. 

Harga tiket masuk The Lodge Maribaya Rp 35.000,- kalau kamu ingin mengunjungi Taman Peri, kamu bisa membayar seharga 50.000 untuk bisa masuk ke The Lodge Maribaya dan Taman Peri yang berada tepat di depan The Lodge Maribaya. Tapi, kami hanya mengambil The Lodge Maribaya saja, karena kami merasa waktu tidak mencukupi. 


Tak hanya mendapatkan tiket masuk berupa kartu, kami juga mendapatkan voucher makanan dan minuman. Untuk voucher makanan bisa dipakai di dalam The Lodge Maribaya, sedangkan untuk voucher minuman bisa ditukarkan ketika keluar berupa susu sapi murni. 


Pintu masuk wahana di The Lodge Maribaya dimulai dengan sebuah terowongan, kemudian berujung pada tempat menyerahkan tiket masuk berupa kartu. Meskipun kamu datang rombongan, kamu akan tetap mendapatkan satu kartu saja, sehingga sangat simpel. 

Setelah melewati pemeriksaan tiket, saya disuguhi pemandangan pegunungan yang hijau. Terhampar begitu luasnya di hadapan saya. 

Saran saya, kalau kamu berencana ke sini, pakailah pakaian yang nyaman dan terutama pakailah sepatu yang benar-benar nyaman. Jangan pakai hak tinggi. Karena setelah itu, saya melihat anak tangga teramat panjang ke bawah. Baiklah, untuk ke bawah tidak akan jadi soal. Tapi, kalau kembali otomatis jalan menanjak, kan? Haha.

Saat itulah saya menyadari sesuatu, bahwa semua wahana di The Lodge Maribaya ini adalah tempat untuk berfoto saja. Yah, semua wahana di sini berbayar untuk sebuah foto. Tentunya, setiap wahana memiliki harga masing-masing. Tapi, untuk mengambil satu file foto dikenakan biaya Rp 10.000.




Beberapa wahana di antaranya adalah Zip Bike, Valley Swing, Bamboo Sky, Hot Air Baloon, Mountain Swing, dan masih banyak lagi. Karena terlalu banyak wahana dan setiap wahana harganya lumayan menguras kantong, akhirnya kami sepakat untuk mencoba wahana foto Hot Air Baloon.

Harga wahana Hot Air Baloon adalah Rp 35.000,- per orang. Diingat-ingat ya, meskipun saya dan teman-teman berfoto bertiga, tetapi harga tetap segitu untuk setiap orang dan untuk mengambil file foto setiap file Rp 10.000,-. Jadi, kalau kamu bawa kamera sendiri, minta tolong saja sama mas-mas di situ untuk memotret kalian. 

Kantin The Lodge Maribaya


Usai naik Hot Air Baloon, kami duduk-duduk di kantin dekat wahana tersebut. Kantin berupa gubuk-gubuk yang menjual berbagai macam makanan. Ada tahu gejrot, gado-gado, batagor, dll. Di sini, ketika membayar tunjukkan kupon makanan yang kamu dapatkan tadi. Setiap kupon mendapatkan potongan Rp 10.000, jadi lumayan berhemat, kan ya. 

Saya membeli batagor dan teman saya membeli tahu gejrot. Kalau dirasain sih, lebih enak tahu gejrot, hehe.

Dalam The Lodge Maribaya juga ada restoran yang menghadap ke arah pegunungan yang terhampar pepohonan hijau. Ada spot-spot foto yang harus kamu coba dengan latar belakang pepohonan. Selebihnya, hanya ada wahana pepotoan saja.

Setelah puas di dalam, kami keluar dari arena dan beranjak membeli minuman. Saya membeli es krim buah yang terbuat dari buah asli dan menukarkan kupon minuman pada stand susu murni. 


Lalu, kami menuju tempat pengambilan file foto. Untuk catatan segera download Share It pada ponsel kalian, karena foto akan ditransfer melalui aplikasi tersebut. Kamu cukup datang ke mas-mas dan mbak-mbak sebelah kanan untuk melihat file foto kalian. Nantinya, kamu akan dikasih pinjam tablet untuk memilih-milih foto. Kalau sudah menentukan foto yang mana, baru antre pada bagian kiri untuk pengambilan dan pembayaran. 

Waktu itu suasana tidak terlalu ramai, sehingga pengambilan foto lumayan cepat. Tapi, lumayan lama untuk ukuran orang yang sedikit. Mungkin, kalau sedang hari libur lebih parah lagi ya.

Membeli Oleh-Oleh


Usai mengambil file foto, kami mengambil “beban hidup” yang sudah kami titipkan. Kemudian, kami berjalan kaki dari lokasi The Lodge Maribaya ke arah jalan raya. Jaraknya cukup jauh, apalagi kami membawa beban hidup, hehe.

Sepanjang jalan menuju jalan raya, pada kanan dan kiri terdapat kios oleh-oleh khas Maribaya. Ada kaus, tas rajut, dll. Saya mampir untuk membeli tas rajut untuk adik. Saya membeli sebuah ransel yang awalnya dihargai 70ribu dan akhirnya bisa saya bawa pulang dengan harga 50ribu.

Perjalanan Pulang Maribaya-Bandung


Seperti yang dikatakan oleh driver online ketika keberangkatan sebelumnya. Kami kesusahan mencari driver untuk kembali ke Bandung. Awalnya, kami mendapatkan driver, kemudian di cancel. Setelah di tepi jalan raya, di sana sudah banyak ojek pangkalan. Mereka minta untuk mengantarkan kami ke terminal Lembang, namun kami menolak. Akhirnya, setelah negosiasi, kami minta untuk mengantarkan ke Indomaret terdekat. 

Kami pun diantar ke Indomaret terdekat dengan biaya 5ribu tiap orangnya. Di Indomaret kami duduk-duduk dan membeli minuman. Mbak Wiwid dan Anggi sibuk mencoba mencari driver. Kemudian, Mbak Wiwid mendapatkan driver, sayangnya seperti yang dikatakan oleh driver dari Bandung, dia meminta dua kali lipat harga. Tidak tanggung-tanggung, dia minta Rp 200.000,-.

Tentu saja kami menolaknya. Lalu, kami mencari lagi dan lagi. Terhitung satu jam lamanya kami menunggu, sampai akhirnya kami mendapatkan driver, dengan ongkos hanya Rp 50.000,-. Tanpa ada tawar menawar Bapak baik hati itu mau mengantarkan. Tahu tidak, padahal kami salah setting alamat penjemputan, hasilnya si Bapak muter jauh sekali untuk menjemput kami. Meskipun begitu, beliau tetap mau menjemput kami.

Ketika si Bapak datang, kami pikir beliau akan marah-marah, namun tidak, Teman, beliau ternsenyum ramah. Kami minta maaf atas kesalahan kami, namun si Bapak hanya tertawa dan bilang tidak apa-apa. MasyaAllah.

Terima kasih bapak baik hati yang mau antar kami kembali ke Bandung. Akhirnya, kami memberikan beliau ongkos lebih dari yang tertera di aplikasi. Alhamdulillah.

1 comment:

  1. Wuiihhh... Foto sapa tuh? Kayak kenal! Main lagi yuk!

    ReplyDelete