Trip Jogja 2 : Menikmati Lezatnya Markobar Seturan Hingga Potongan Terakhir


Menikmati Lezatnya Markobar Seturan Hingga Potongan Terakhir -Hari kedua saya di Jogja, saya pergi ke Markobar Seturan. Itu loh, martabak delapan rasa yang dirintis oleh Gibran, anak dari Pak Jokowi. Sudah sejak lama saya ingin mencicipi nikmatnya, lezatnya, markobar ini. Apalagi, ketika saya melihat di linimasa berseliweran foto martabak delapan rasa ini. Tentu, semakin membuat air liur saya meleleh. Akhirnya, tanggal 15 Maret kemarin saya on the way ke Seturan dari daerah Demangan.

Dari daerah Demangan menuju Seturan, kami dituntun oleh google map hingga sedikit nyasar-nyasar, karena saya yang rada oon membaca peta. Halah, padahal semudah itu, tapi saya masih salah saja *xoxo*.



Akhirnya, setelah sedikit nyasar ke gang jalan Seturan, bukan ke Jalan Seturan Raya, kami pun sampai di lokasi. Saya dan Rizky tertawa-tawa sendiri lantaran hal ini. Markobar Seturan, terletak di Jl. Seturan Raya, Kec. Depok, Kabupaten Sleman. Tepatnya, di depan hotel Seturan. Sebenarnya, letak dari kedai Markobar ini mudah dijangkau karena berada di pinggiran jalan raya yang cukup ramai. Aksesnya mudah. Apalagi, ada tulisan MARKOBAR yang segede itu. Ya, tapi namanya juga belum paham jalanan di Jogja, nyasar sedikit tidak apa-apalah.




Saya dihadapkan dengan pilihan menu yang membuat saya bingung sendiri. Ada beberapa macam menu markobar dengan beberapa varian toping. Saya memilih menu spesial delapan rasa dengan toping nuttela, cokelat silverqueen, oreo, meses, keju, dan beberapa cokelat yang saya lupa namanya. Ada pula menu dengan empat varian toping, atau yang paling murah dengan satu varian toping.




Oh iya, ternyata Markobar di Seturan tidak menyediakan menu minuman sendiri, karena di lantai dua ada kedai kopi Cekopi yang menjual pelbagai macam minuman. Tentu, saya memesan Ice Greentea Latte, sebagai pilihan minuman saya. Kami pun memilih menunggu pesanan jadi, di lantai dua, tempat kedai kopi Cekopi, karena malas turun-turun lagi. Saya dan Rizky memilih meja memanjang dekat jendela sembari memandangi hamparan awan di langit serta lalu lalang kendaraan di Jl. Seturan Raya.





Tidak lama kemudian, minuman dan markobar kami sudah tersaji di depan mata. Sudah bisa menebak apa hal pertama yang saya lakukan? Ya, tentunya mengeluarkan kamera, memgambil gambar martabak manis dari pelbagai sudut. Setelah puas dengan itu semua, saya katakan pada Rizky, “Siapa cepat, dia dapat,”ujarku. Lalu, saya pun mencomot satu potongan markobar dan tak lupa saya abadikan.

Rasa



Rasa dari roti markobar sendiri lembut, berminyak. Warnanya kekuningan, semacam kuning emas kali ya. Lalu, berserat-serat semacam bika ambon. Rasa topingnya? Haha, tidak perlu ditanya lagi, tentu enak banget! Ditambah lagi, pinggirannya itu garing banget, gurih. Saya heran kok bisa seperti itu.

Dari delapan potongan dengan berbagai macam toping, kami hanya bisa menghabiskan lima potong saja. Itu pun kami sudah berusaha keras untuk menghabiskannya. Bukan karena rasanya tidak enak, bukaaan. Tapi, karena sudah kenyang. Akhirnya, kami memutuskan untuk membawa pulang tiga potongan terakhir.

Interior



Desain interior dari Markobar sendiri mengusung konsep kayu. Karena hampir semua perabotan di sana terbuat dari kayu. Mulai meja, kursi, kabinet di Cekopi. Uniknya lagi, ada beberapa doodle yang tercetak di dinding Markobar. Dilihat-lihat, bisa dibuat untuk narsis.

Harga



Untuk menu yang saya pilih, saya membayar dengan harga Rp. 70.000,- tidak termasuk minuman. Saya rasa, harga segitu sangat pantas untuk rasa martabak manis dengan toping spesial seperti itu. Untuk harga lainnya, paling murah Rp. 30.000,- sampai dengan Rp. 100.000,- itu pun tergantung dari toping yang kalian pilih nantinya.




Usai dari Markobar kami melanjutkan ke Jl. Malioboro, memotret lampu-lampu jalan dan mengabadikan suasana gedung BNI. Lalu, kami kembali ke indekos, sebelum itu saya minta kepada Rizky untuk mampir ke angkringan. Kami membeli beberapa tusuk sate usus. Dan, saya memesan kopi. Terus terang, saya terkejut ketika segelas kopi dengan gelas ukuran besar nangkring di hadapan saya. Itu kopi panas dengan ukuran gelas segede itu, tentu saya kerepotan meminumnya, alhasil pemilik angkringan memberi saya piring untuk membantu mendinginkan kopi panas itu *xoxo*

Malam pun tiba, dan saya mengakhiri hari itu dengan menghabiskan potongan sisa Markobar yang kami bawa pulang tadi. Rasanya, lebih enak ketika dingin.

Xoxo,

Wulan K.

14 comments:

  1. Aku belum pernah coba. Padahal nggak gitu jauh juga dari rumah aku. Kapan2 pengen coba ah

    ReplyDelete
  2. Kemarin aku lewat seturan.. Lihat ni Markobar. Jadi...enak ya mbak. Boleh2...kapan2 bisa nyoba. Makasih infonya mb

    ReplyDelete
  3. Hadduh...ngeliat gambarnya tetiba ngecess hehehe

    ReplyDelete
  4. Wah kebetulan gue seneng banget sama martabak, penasaran juga pengin nyobain martabaknya Mas Gibran. Di Tasik ada sih, tapi bukan markobar dan belum sempet beli sampe sekarang. huehehe

    ReplyDelete
  5. Wah kebetulan gue seneng banget makan martabak, tapi belum pernah nyobain martabak markobar ini. Karena di tasik nggak ada euy :(

    ReplyDelete
  6. Waaaahhh jadi kepengeeeennn, gak ada cabangnya di Jabodetabek kah Mbak?

    ReplyDelete
  7. Kalau di Bandung namanya martabak tropica, disana sudah sampai 10 rasa loh

    ReplyDelete
  8. Bikin ngiler. Aku org jogja malah belum pernah nyoba ^^

    ReplyDelete
  9. Hooo... ada yg harganya Rp30.000 juga toh? Aku kira mahal-mahal semua.

    ReplyDelete
  10. bikin ngiler banget ini markobar, bahkan saat baru mau baca tulisan ini uda kena poto markobarnya,,hehe

    ReplyDelete
  11. Yummy.. enak banget ni markobar emang.. Baru sekali nyicip.. ntar malam juga rencana kesana sih.. hehe

    ReplyDelete
  12. Yummy.. enak banget ni markobar emang.. Baru sekali nyicip.. ntar malam juga rencana kesana sih.. hehe

    ReplyDelete